Cari Blog Ini

Sabtu, 29 Januari 2011

Bacaan Ekaristi 29-31 Januari 2011

Sabtu, 29 Januari 2011
Pekan Biasa III (H)
St. Gildas; St. Joseph Freinademetz;
B. Arkanjela Girlani

Bacaan I: Ibr. 11:1–2,8–19
Mazmur : Luk. 1:69–70,71–72,73–75; R: 68
Bacaan Injil : Mrk. 4:35–41

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya mem­ba­ngunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Renungan
Apa arti beriman? Bagi Abraham beriman berarti taat mengikuti perintah Tuhan; setia men­jalankan perintah itu; dan tekun berpegang pada janji yang Tuhan berikan. Iman Abraham diteladani oleh banyak orang, tidak hanya orang-orang Kristen, tetapi juga Yahudi dan Islam. Mulai dari Abraham, Allah menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat melalui sebuah bangsa. Betapa dahsyat dan penuh daya iman itu.

Kepada murid-murid-Nya yang ketakutan karena angin ribut, Yesus menegur mereka, ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40). Yesus menenangkan angin ribut. Dia tidak tinggal diam. Dia selalu hadir menemani perjalanan para murid dan Gereja-Nya. Dia adalah Raja Semesta Alam karena angin dan danau taat kepada-Nya.

Iman yang begitu sederhana tampaknya tidak mudah kita hayati dalam keseharian. Rasa takut dan cemas masih saja datang, misalnya tentang kesehatan, tentang pendidikan, tentang pekerjaan, dan seterusnya. Rasa takut itu sebenarnya wajar saja, menggerakkan orang untuk berjuang dalam hidup ini. Menjadi tidak wajar bila rasa takut itu membuat orang tidak berbuat apa-apa.

Doa: Yesus, ampunilah aku yang masih sering takut ini. Ajarilah aku beriman seutuhnya kepada-Mu. Amin.

* * *

Minggu, 30 Januari 2011
Pekan Biasa IV (H)

Sta. Yasinta Mareskoti; St. Gerardus;
Sta. Maria Ward; Sta. Batildis; B. Sebastianus

Bacaan I: Zef. 2:3; 3:12–13
Mazmur : 146:1,7,8–9a,9bc–10; R: Mat. 5:3
Bacaan II : 1Kor. 1:26–31
Bacaan Injil : Mat. 5:1–12a

Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai ber­­bicara dan mengajar mereka, kata-Nya: ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan me­miliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika ka­rena Aku kamu dicela dan dianiaya dan ke­pa­damu difitnahkan segala yang jahat. Ber­suka­cita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Renungan
Siapa yang biasa menjadi korban dalam perang dan kekerasan? Biasanya orang-orang lemah, kecil, dan tidak berdaya, seperti perempuan, anak-anak, dan lansia. Orang lemah, kecil, dan tidak berdaya menjadi tanda dan gambaran kehadiran Allah: Allah yang penuh kasih dan setia, tidak mengancam, mengharapkan kesabaran, dan teladan dalam penderitaan. Orang-orang lemah, bodoh, dan tidak terpandang dipilih Allah untuk mempermalukan orang-orang yang menganggap dirinya hebat.

Yesus dalam khotbah di bukit menyampaikan Sabda Bahagia. Sangat jelas siapakah yang dimaksud Yesus dalam khotbah-Nya, siapakah yang dianggap-Nya berbahagia. Mereka adalah orang-orang lemah, miskin, teraniaya, lapar, dan seterusnya—orang-orang yang sering dianggap tidak berguna oleh masyarakat, tetapi oleh Yesus justru dipilih-Nya untuk mempermalukan orang-orang yang merasa dirinya lebih berguna.

Oleh karena itu, Nabi Zefanya menasihati umatnya untuk mencari keadilan dan kerendahan hati. Tentu saja maksudnya bukan ingin menang sendiri, tetapi untuk memperjuangkan mereka yang diperlakukan tidak adil. Dengan mencari kerendahan hati maksudnya adalah menganggap diri sebagai hamba-hamba Tuhan, menyadari segala kekuatan berasal dari Dia. Bukan perkara mudah mengejar kedua keutamaan, tetapi bukan hal yang mustahil.

Doa: Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.

* * *

Senin, 31 Januari 2011
Pekan Biasa IV

Pw St. Yohanes Don Bosco, Im (P);
Sta. Marcella; St. Aidan

Bacaan I: Ibr. 11:32–40
Mazmur : 31:20,21,22,23,24; R:25
Bacaan Injil : Mrk. 5:1–20

Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan mene­mui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup meng­ikat­nya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnah­kannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia ber­keliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.

Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyem­bah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: ”Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: ”Siapa namamu?” Jawabnya: ”Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
Adalah di sana di lereng bukit sejumlah be­sar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu me­minta kepada-Nya, katanya: ”Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan perminta­an mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan me­masuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalam­nya.

Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. (Bacaan selengkapnya, lihat Alkitab….)

Renungan
Yesus mengusir roh-roh jahat yang besar jumlahnya di daerah Gerasa. Roh-roh jahat itu ditakuti orang sehingga banyak yang menyingkir. Ironisnya, karena Yesus mengusir roh-roh jahat, Dia dianggap lebih mengerikan. Padahal, maksud Yesus agar mereka percaya dan mengandalkan kekuatan hidup ini bukan pada kekuatan yang lain selain Allah saja.

Di sekitar kita berkeliaran kekuatan-kekuatan lain, termasuk roh-roh jahat, dan betapa banyak orang—mungkin termasuk Anda—mengabdi kepada roh-roh jahat itu dan menjadikannya san­daran hidup. Apa yang Yesus harapkan tidak lain adalah iman, percaya hanya kepada-Nya, dan meng­an­dalkan Dia sebagai satu-satunya sumber hidup. Kekuatan Yesus tidak membuat orang se­gan datang kepada-Nya, tetapi justru membebaskan orang untuk mewartakan kebenaran dan kebaikan.

Doa: Yesus, ajarilah aku menyandarkan diri pada kekuatan-Mu saja, bukan pada kekuatan yang ada di dunia ini. ­­Amin.

Sumber:Ziarah Batin

http://www.obormedia.com/content/ziarah-batin-1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar